Banyak orang terkecoh dan terjebak dalam memahami penjelasan Imam Muhammad al-Shan’âniy dalam kitab Subul al-Salâm Syarh Bulûgh al-Marâm, sehingga mereka mengatakan tata cara shalat Tarawih dengan 4 rakaat sekali salam disebutkan dalam kitab itu. Untuk menjawab tuduhan itu, mari kita lihat secara langsung redaksi Imam Muhammad al-Shan’âniy, sebagai berikut:
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ : مَا كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلَا فِي
غَيْرِهِ عَلَى إحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً ثُمَّ فَصَّلَتْهَا بِقَوْلِهَا (
يُصَلِّي أَرْبَعًا ) يُحْتَمَلُ أَنَّهَا مُتَّصِلَاتٌ وَهُوَ الظَّاهِرُ
وَيُحْتَمَلُ أَنَّهَا مُنْفَصِلَاتٌ وَهُوَ بَعِيدٌ إلَّا أَنَّهُ يُوَافِقُ
حَدِيثَ صَلَاةُ اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى .
Artinya; Rasulullah tidak pernah melakukan shalat malam (sepanjang
tahun) pada bulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari 11 rakaat. Kemudian
Siti A’isyah merincikan shalat Rasulullah dengan perkataannya:”Beliau
shalat 4 rakaat”. Redaksi ini memiliki kemungkinan 4 rakaat dilakukan sekaligus
dengan 1 salam, ini adalah yang zhahir, dan juga bisa dipahami 4 rakaat itu
dilakukan secara terpisah (2 rakaat- 2 rakaat), tetapi pemahaman ini jauh hanya
saja ia sesuai dengan hadis Shalat malam itu dilakukan dengan 2 rakaat- 2
rakaat.[1]
Maksud perkataan Imam Muhammad al-Shan’âniy:” 4 rakaat dilakukan dengan
sekali salam, dipahami menurut zhahir/tekstual hadis. Sedangkan pelaksanaan 4
rakaat dengan 2 salam menjadi jauh bila tidak ada keterangan dari hadis lain.
Tetapi 4 rakaat dengan cara 2 salam memiliki kekuatan dengan adanya keterangan
hadis Shalat malam itu dilakukan dengan 2 rakaat- 2 rakaat.
Dalam hal ini Imam Syafii mengatakan dalam kitab al-Risâlah sebagai
berikut:
فَكُلُّ كَلَامٍ كَانَ عَامًا ظَاهِرًا فِي سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ
فَهُوَ عَلَى ظُهُوْرِهِ وَعُمُوْمِهِ حَتَّى يُعْلَمَ حَدِيْثٌ ثَابِتٌ عَنْ
رَسُوْلِ اللهِ .
Artinya: “Setiap perkataan Rasulullah dalam hadis yang bersifat
umum/zhahir diberlakukan kepada arti zhahir dan umumnya sehingga diketahui ada
hadis lain yang tetap dari Rasulullah”.[2]
Maksud dari perkataan Imam Syafii adalah redaksi hadis yang masih
bersifat umum/zhahir, boleh-boleh saja dipahami demikian adanya, dengan catatan
selama tidak ada keterangan lain dari hadis Rasulullah. Tetapi bila ditemukan
hadis Rasulullah yang menjelaskan redaksi zhahir dan umum satu hadis, maka
hadis tersebut tidak boleh lagi dipahami secara zhahir dan umum.
Jika hendak dipertentangkan, hadis tentang shalat yang dikerjakan 2-2 lebih
kuat dan lebih banyak diamalkan oleh umat sebab ia merupakan hadis Qauliy
(perkataan Nabi) dalam riwayat lain dikatakan juga sebagai hadis Fi’liy
(perbuatan Nabi), sedangkan hadis Siti Aisyah 4-4 hanya merupakan hadis Fi’liy
(perbuatan Nabi). Ketika terjadi perbedaan antara perkataan Nabi dengan
perbuatannya maka yang harus dilakukan umatnya adalah mengamalkan apa yang
diperintahkannya (perkataannya), sebabnya adalah lantaran perbuatan Nabi bisa
jadi merupakan kekhususan bagi beliau yang tidak berlaku bagi umatnya.
Contohnya adalah tentang kandungan surat
annisa ayat 3 sebagai perintah Nabi kepada para sahabat dan umatnya agar tidak
memiliki istri lebih dari 4 orang. Padahal beliau sendiri di akhir hayatnya
meninggalkan 9 orang istri. Dalam hal ini yang berlaku adalah kita tetap tidak
boleh memiliki istri lebih dari 4. Sementara beristri lebih dari 4 merupakan
kekhususan yang hanya boleh bagi Nabi. Dengan kaidah ini, maka mengerjakan
shalat malam dengan 2-2 rakaat lebih tepat ketimbang mengerjakannya dengan 4-4
rakat sekali salam, sebab bisa jadi shalat 4-4 rakaat merupakan sesuatu yang
khusus bagi Nabi.
Masih ada cara lain yang paling mudah untuk memahami hadis Siti Aisyah yakni
dengan mencari ucapan Aisyah sendiri pada lain kesempatan. Kita tentu berhak
mempertanyakan kembali apakah yang dimaksud Siti Aisyah 4 rakaat
benar-benar sekali salam??? Ternyata Siti Aisyah sendiri sebagai periwayat
hadis 4-4 menjelaskan dalam hadis lain bahwa yang dimaksud dengan 4 rakaat
pelaksanaannya adalah dengan 2-2. Perhatikanlah penjelasan Siti Aisyah pada
hadis berikut ini:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرُغَ مِنْ صَلَاةِ الْعِشَاءِ وَهِيَ
الَّتِي يَدْعُو النَّاسُ الْعَتَمَةَ إِلَى الْفَجْرِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً
يُسَلِّمُ بَيْنَ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ فَإِذَا سَكَتَ
الْمُؤَذِّنُ مِنْ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَتَبَيَّنَ لَهُ الْفَجْرُ وَجَاءَهُ
الْمُؤَذِّنُ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ خَفِيفَتَيْنِ ثُمَّ اضْطَجَعَ عَلَى
شِقِّهِ الْأَيْمَنِ حَتَّى يَأْتِيَهُ الْمُؤَذِّنُ لِلْإِقَامَةِ.
Artinya: Dari Aisyah berkata: ”Seringkali Rasulullah melakukan shalat
antara selesai shalat Isya yang disebut orang dengan shalat ’Atamah sampai
Fajar beliau mengerjakan shalat 11 rakaat, beliau melakukan salam pada tiap 2
rakaat dan melakukan 1 rakaat Witir. Apabila seorang Muadzzin selesai dari azan
shalat Shubuh yang menandakan fajar telah datang, Muadzzin tersebut mendatangi
beliau beliau pun melakukan shalat 2 rakaat ringan setelah itu beliau berbaring
(rebah-rabahan) atas lambungnya yang kanan sampai Muadzzin itu mendatangi
beliau untuk Iqamah.”[3]
Menurut ketentuan, jika seseorang telah menjelaskan maksud dari ucapannya
sendiri, maka tidak ada seorang pun berhak memberikan penafsiran atau pemahaman
yang menyalahinya. Nampak jelas, shalat dengan 2-2 rakaat lebih kuat ketimbang
4 rakaat sekali salam. Dengan kata lain shalat 2-2 rakaat terjamin kebenaran
dan keabsahannya. Dari sini dapat dipahami jika ada ulama yang mengatakan shalat
Tarawih dengan 4-4 sekali salam adalah tidak sah.
[1] Muhammad Ibn Ismâîl al-Shan’âniy, Subul al-Salâm Syarh Bulûgh
al-Marâm, vol. 2 h. 27.
[2] Muhammad Ibn Idrîs al-Syâfiiy, al-Risâlah, (Jakarta: Dinamika Jakarta t.t) h. 148.
[3] Hadis tersebut disebutkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya
hadis no: 1216, Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak hadis no: 1671, Imam
al-Darimiy dalam sunannya hadis no: 1447, Imam al-Bayhaqiy dalam al-Sunan
al-Shughra hadis no: 600, al-sunan al-Kubra hadis no: 4865 dan Ma’rifah
Sunan Wa
al-Atsar hadis no: 1435.
Betapa batilnya tuduhan-tuduhan orang yang tidak menyetujui shalat Tarawih
20 rakaat dengan menggunakan dalil, satu hadis Siti Aisyah yang menerangkan
satu paket shalat Witir, mereka pecah menjadi dua dalil sekaligus, 8 rakaat
untuk shalat Tarawih dan 3 rakaat untuk shalat Witir. Bagi mereka yang
mengatakan hadis Siti Aisyah (4,4,3) sebagai dalil shalat Tarawih adalah
pendapat orang yang ilmunya masih cetek. Laksana buah masih pentil belum
mateng, jadi masih sepet dan rada-rada getir.
Mereka hanya melihat zhahir satu hadis saja, tanpa mempertimbangkan
hadis-hadis lain untuk dikompromikan dan direkonsiliasikan yang dalam istilah
para pakar ulama hadis disebut(اَلْجَمْعُ وَالتَّوْفِيْقُ) .
Mereka juga mengabaikan penjelasan para ulama. Sebuah kesalahan fatal, apabila
mencoba memahami al-Qur’an dan hadis secara langsung tanpa mengerti pandangan
dari para ulama terlebih dahulu.
Syaikh Muhammad Ibn Abdul Wahhab, Syaikh Abdurrahman al-Sa’adiy,
Syaikh Abdul Azîz Ibn Abdullah Ibn Bâz, Syaikh Muhammad Ibn Shalih Utsaymin,
Syaikh Nur Ali al-Darab, Syaikh Abdullah Ibn Qaud, Syaikh Abdullah Bassam,
Syaikh Saîd Ibn Ali al-Qahtâniy. Mereka adalah para pentolan
ulama Wahhabi, mereka sepakat mengatakan bahwa: shalat Tarawih itu
dilaksanakan dengan cara 2 rakaat – 2 rakaat. Lihat: Kitab Muallafat Syaikh
Ibn Abdil Wahhab, juz 2 hal: 19; Fatawa Syaikh Abdurrahman al-Saadiy,
hal: 175; Kitab Syaikh Muhammad Utsaymin: Syarh Shahih al-Bukhariy juz
4 hal: 238, dan Syarh Riyadhus Shalihin juz 3 hal: 265; Kitab Shalatul
Mu’min juz 1 hal: 347, karya Syaikh Saîd Ibn Ali al-Qahtâniy. Begitu juga
pendapat Syaikh Abdul Hamid Kisyik, Syaikh Muhammad
Syaltut, Sayyid Ali Fikri, Sayyid Sabiq
dan ulama lainnya mereka sepakat bahwa shalat Tarawih itu dilakukan dengan
salam pada setiap 2 rakaat.
Menurut para ulama, shalat Tarawih dengan formasi 4 rakaat sekali salam itu
menyalahi prosedur perkataan dan perbuatan Nabi sebagaimana riwayat hadis Imam
al-Bukhariy dari sahabat Nabi, Abdullah Ibn Umar:
إِنَّ رَجُلًا قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ صَلَاةُ اللَّيْلِ
قَالَ مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ . (صحيح
البخاري رقم 1069)
Artinya:”Sesungguhnya Seorang lelaki bertanya; Ya Rasulullah, bagaimana
cara shalat malam? Rasulullah menjawab; Shalat malam itu 2 rakaat-2 rakaat.
Maka apabila engkau khawatir subuh maka shalat witirlah engkau dengan satu
rakaat.
Lantas, ”Kenapa muncul pendapat yang mengatakan bahwa shalat Tarawih
cara shalatnya 4 rakaat-4 rakaat.”???? Wahhabi jilid berapa mereka.”????
Mungkin pendapat seperti itu berpangkal pada khayalan mereka saja. Padahal
tidak ada satu pendapat ulamapun dalam kitab-kitab Mu’tabarah yang mengatakan
Shalat Tarawih dikerjakan dengan cara 4 rakaat sekali salam, 4 rakaat sekali
salam. Mereka telah menetapkan sesuatu tanpa ada dalil. Maka yang memfatwakan
atau mengajarkan shalat Tarawih dilaksanakan dengan cara 4 rakaat sekali salam,
merekalah yang bertanggung- jawab atas hal ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar