Rabu, 21 Maret 2012
10 AQIDAH KAUM SYIA'H
SEPULUH KESIMPULAN AQIDAH SYI'AH
Saudara se-aqidah, untuk menambah pengetahuan kita tentang Aqidah Syi'ah sebenarnya, berikut kami hadirkan sepuluh kesimpulan tentang Aqidah Syi'ah yang bersumber dari induk kitab-kitab Assyi'ah (Al-Kafi, Man La Yahdhuruhul-Faqih, Attahdzib, dan Al-Istibshar):
1. Kaum Syi'ah Rawafidh berkeyakinan bahwa para sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam semuanya murtad dari Agama Islam setelah Rasulullah wafat, kecuali belasan orang saja.
2. Kaum Syi'ah berkeyakinan bahwa para sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam (selain beberapa orang saja yang mereka sebut dalam buku-buku rujukan agama mereka) telah berkhianat kepada Allah dan RasulNya dan mengkhianati amanat-amanat yang Rasulullah serahkan kepada mereka, dan mereka telah merubah-rubah Al-Qur'an yang diamanatkan ke tangan mereka. Barang siapa mengikuti dan membela mereka (para sahabat yg sesat itu), maka ia kafir dan tidak diterima amalan maupun kebajikan apapun darinya.
3. Kaum Syi'ah berkepercayaan bahwa khilafah harus ada pada Ali Bin Abi Thalib, kemudian anaknya Al-Hasan, kemudian Al-Husin, dan kemudian sembilan orang lagi dari cucunya Al-Husin, dan tidak boleh pada selain mereka itu, sekalipun dari anak-anaknya Al-Hasan, atau keluarga Rasulullah yang lain. Adapun Abu Bakar, Umar, Utsman, dan yang lainnya, menurut Syi'ah telah merampas kekuasaan dari Ali dan anak-anaknya. Maka perampasan itu menjadi dhalim, fasiq, kafir, wajib dilaknat, dan wajib kekal dalam neraka.
4. Kaum Syi'ah percaya bahwa Al-Qur'an yang ada ini sesungguhnya telah dirubah, ditambah dan banyak dikurangi (oleh para sahabat yang mereka yakini murtad), dan isinya hanya sepertiga dari Qur'an yang asli, yang disimpan oleh Imam mereka yang Ghaib, Muhammad bin Hasan Al-Askari, yang akan membawanya nanti apabila dia keluar dari gua persembunyiannya bila tiba waktunya, kemudian Imam Ghaib mereka tersebut akan menyingkirkan Al-Qur'an yang ada di tangan kaum muslimin sekarang. Sementara imam ghaib mereka itu belum keluar dari gua persembunyiannya, para Imam Syi'ah memerintahkan seluruh pengikut Syi'ah untuk memakai Al-Qur'an yang ada sekarang ini secara terpaksa dan ber-taqiyyah, sampai Imam Ghaib mereka datang membawa Al-Qur'an yang asli, yang dihimpun oleh Amirul Mu'minin Ali bin Abi Thalib.
5. Kaum Syi'ah percaya bahwa para imam mereka mengetahui ilmu ghaib, mengetahui yang telah dan akan terjadi, mengetahui apa yang ada di surga dan neraka, mereka tidak akan mati kecuali dengan ikhtiar dan kehendak mereka sendiri, derajat mereka lebih tinggi dari derajatnya para malaikat dan para rasul, roh-roh mereka diciptakan dari cahaya keagungan Allah; sedangkan tubuh-tubuh dan roh-roh Syi'ah mereka Allah ciptakan dari sejenis tanah yang tersimpan dan terpelihara di bawah Al-Arsy, bahan baku dan materi dari para Imam dan kaum Syi'ah diciptakan dari materi khusus untuk mereka saja, sedangkan manusia lainnya diciptakan dari jenis materi yang menjadi kayu bakar untuk api neraka.
6. Kaum Syi'ah percaya bahwa sunnah dan hadits-hadits Nabi yang terhimpun dalam kitab-kitab shahih, sunan, dan musnad-musnad kaum Muslimin Ahlus Sunnah Wal Jama'ah tidak bernilai, bahkan jika dibandingkan dengan nilai sayap seekor nyamuk.
7. Kaum Syi'ah percaya kepada Aqidah Arraj'ah, yaitu kembalinya roh-roh ke jasadnya masing-masing di dunia, sebelum Hari Qiyamat, dikala Imam mereka yang Ghaib keluar dari persembunyiannya. Imam mereka itu nanti akan menghidupkan kembali Ali bin Abi Thalib beserta anak-anaknya dan para Syi'ahnya untuk menghukum musuh-musuhnya, serta melampiaskan pembalasan dendam kepada musuh-musuh mereka tersebut, yang juga akan dihidupkan kembali pada waktu itu. Menurut Syi'ah, musuh-musuh tersebut adalah Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah, Hafsah, dan siapa saja yang mengikuti dan membenarkan mereka.
8. Kaum Syi'ah percaya Aqidah Al-Bada, yaitu hilangnya sesuatu dari pengamatan Allah, kemudian nampak kembali bagi-Nya. Kaum Syi'ah percaya kalau para Imam mereka ma'sum (tidak dapat lupa, tidak dapat khilaf, dan tidak berbuat salah, dan sempurna sejak mereka lahir hingga mati). Telah disebutkan oleh Ulama mereka, Annubakhti, bahwa Ja'far As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir menentukan keimaman anaknya sendiri , Ismail (membai'at Ismail menjadi IMAM), sewaktu Ismail masih hidup. Tetapi kemudian Ismail mati sewaktu ayahnya masih hidup, kemudian Ja'far berkata, "tidak ada yang tampak bagi Allah dalam sesuatu hal, sebagaimana yang tampak bagiNya dalam anak saya Ismail." (Kitab Firaqus Syi'ah halaman 84). Ini dilakukan Ja'far untuk melepaskan diri dari problem ISHMAH, bahwa para Imam tidak dapat lupa atau khilaf, lalu mengada-ada dengan Aqidah Bada. Bagi mereka dalam soal ini, Aqidah Bada adalah tampak bagi Allah dalam hal Ismail yang tadinya tidak tampak, atau sederhananya; Allah bisa Khilaf tetapi Imam mereka tidak.
9. Kaum Syi'ah percaya kepada TAQIYYAH dan berkata bahwa taqiyyah itu adalah agamanya dan agama leluhurnya, dan mereka berkata tidaklah beriman barang siapa tidak pandai ber-taqiyyah dan bermain watak. Arti taqiyyah adalah, menampakan selain yang mereka niatkan dan sembunyikan. Apabila mereka bertemu orang beriman, mereka katakan kami ini beriman, tetapi jika mereka menyendiri atau berkumpul dengan tokoh-tokoh mereka, mereka berkata sebenarnya kami tetap menyertai kamu, kami hanya memperdaya mereka.
10. Kaum Syi'ah percaya adanya NIKAH MUT'AH yang telah diharamkan Allah atas kaum Muslimin sampai Hari Qiyamat. Aqidah Syi'ah berkata, "dipersilakan sekaligus anda kawini seribu perempuan itu, sebab mereka adalah wanita sewaan". Diriwayatkan oleh Al-Kulaini, bahwa Abban bin Ta'lab berkata kepada Ja'far As-Shadiq pada suatu perjalanan dan melihat wanita cantik, Abban ragu kalau wanita tersebut sudah mempunyai suami atau wanita jalang, maka dijawab oleh Ja'far, "itu tidak menjadi soal bagimu, yang penting percaya saja apa yang dikatakan wanita itu." Tidak cukup dengan dusta itu saja, Syi'ah malah menggalakan serta menghimbau pengikut mereka untuk melakukan mut'ah dengan berani berdusta atas nama Allah dan RasulNya, para Imam mereka berkata bahwa Rasulullah bersabda, "Barang siapa kawin mut'ah satu kali, derajatnya sama dengan Al-Husin. Barang siapa mut'ah dua kali, derajatnya sama dengan derajat Al-Hasan. Barang siapa mut'ah tiga kali, derajatnya sama dengan derajat Ali bin Abi Thalib. Barang siapa mut'ah empat kali, derajatnya sama dengan derajatku (Rasulullah)." (Tafsir Minhajussadiqin 2-493). Mereka juga berkata, kawin mut'ah itu bermula dan berakhir tanpa saksi, tanpa wali, tanpa, warisan, tanpa perceraian, dan diperbolehkan walau hanya satu jam, satu hari, atau lebih dari itu menurut hajat dan keperluan kepada wanita-wanita itu.
Saudara se-aqidah, demikian ringkasan i'tikad dan kepercayaan Syi'ah, kami nukil, tulis, dan jelaskan sebagai bahan untuk memperkuat keimanan kita. Namun, bagaimanapun serta dengan alasan apapun juga hal di atas tidak dapat dihubungkan atau dikaitkan dengan Islam yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam dari Tuhannya, Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Islam yang Allah telah sempurnakan sebagai agama penggenap nikmat dan ridha-Nya.
Terakhir; membaca, menyimak, dan mempelajari sumber rujukan dan kitab-kitab asli Syi'ah, serta sesuai fakta SEPULUH KESIMPULAN AQIDAH SYI'AH tersebut diatas, dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim; kami menyatakan tidak sependapat jika Aqidah Syi'ah ini disebut sebagai Agama atau Aqidah atau sebagian dari Agama atau Aqidah Islam, tetapi cukuplah sebutan kepadanya dengan Aqidah atau Agama Syi'ah saja. Allahu Akbar!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar