Sabtu, 07 April 2012

MENCIUM TANGAN [TABARUK]

Di bawah ini dalil tentang bolehnya mencium tangan orang2 sholih, sebagai berikut: 

1. Ibn Sa’d juga meriwayatkan dengan 
sanad-nya dalam kitab Thabaqat dari ‘Abd 
ar-Rahman ibn Zaid al-‘Iraqi, bahwa ia 
berkata: “Kami telah mendatangi Salamah 
ibn al-Akwa’ di ar-Rabdzah. Lalu ia 
mengeluarkan tangannya yang besar 
seperti sepatu kaki unta, kemudian dia 
berkata: “Dengan tanganku ini aku telah 
membaiat Rasulullah”. Oleh karenanya lalu 
kami meraih tangan beliau dan 
menciumnya” (Lihat Thabaqat Ibn Sa’d, j. 
4, h. 229). 

2. Juga telah diriwayatkan dengan sanad 
yang shahih bahwa al-Imam Muslim 
mencium tangan al-Imam al-Bukhari. Al- 
Imam Muslim berkata kepadanya: 
ﻭَﻟَﻮْ ﺃَﺫِﻧْﺖَ ﻟِﻲْ ﻟَﻘَﺒَّﻠْﺖُ ﺭِﺟْﻠَﻚَ 
. 
“Seandainya anda mengizinkan pasti aku 
cium kaki anda” (Lihat at-Taqyid Li 
Ma’rifah as-Sunan Wa al-Masanid, h. 33). 

3. Dalam kitab at-Talkhish al-Habir, al-Hafizh 
Ibn Hajar al-‘Asqalani menuliskan sebagai 
berikut: 
“Tentang masalah mencium tangan ada 
banyak hadits yang dikumpulkan oleh 
Abu Bakar ibn al-Muqri, beliau 
mengumpulkannya dalam satu juz penuh. 
Di antaranya hadits ‘Abdullah ibn ‘Umar, 
dalam menceritakan suatu peristiwa di 
masa Rasulullah, beliau berkata: 
ﻓَﺪَﻧَﻮْﻧَﺎ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻓَﻘَﺒَّﻠْﻨَﺎ ﻳَﺪَﻩُ 
ﻭَﺭِﺟْﻠَﻪُ)ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ) 
“Maka kami mendekat kepada Rasulullah 
lalu kami cium tangan dan kakinya”. (HR. 
Abu Dawud) 
Di antaranya juga hadits Shafwan ibn 
‘Assal, dia berkata: “Ada seorang Yahudi 
berkata kepada temannya: Mari kita pergi 
kepada Nabi ini (Muhammad). Kisah 
lengkapnya seperti tertulis di atas. 
Kemudian dalam lanjutan hadits ini 
disebutkan: 
ﻓَﻘَﺒَّﻼَ ﻳَﺪَﻩُ ﻭَﺭِﺟْﻠَﻪُ ﻭَﻗَﺎﻻَ:ﻧَﺸْـﻬَﺪُ ﺃَﻧَّﻚَ ﻧَﺒِﻲٌّ . 
“Maka keduanya mencium tangan Nabi 
dan kakinya lalu berkata: Kami bersaksi 
bahwa engkau seorang Nabi”. 
Hadits ini diriwayatkan oleh Para Penulis 
Kitab-kitab Sunan (al-Imam at-Tirmidzi, al- 
Imam an-Nasa’i, al-Imam Ibn Majah, dan 
al-Imam Abu Dawud) dengan sanad yang 
kuat. 

4. Juga hadits az-Zari’, bahwa ia termasuk 
rombongan utusan ‘Abd al-Qais, bahwa ia 
berkata: 
ﻓَﺠَﻌَﻠْﻨَﺎ ﻧَﺘَﺒَﺎﺩَﺭُ ﻣِﻦْ ﺭَﻭَﺍﺣِﻠِﻨَﺎ ﻓَﻨُﻘَﺒِّﻞُ ﻳَﺪَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ 
ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ 
. 
“Maka kami bergegas turun dari 
kendaraan kami lalu kami mencium 
tangan Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa 
Sallam”. (HR. Abu Dawud) 

5. Dalam hadits tentang peristiwa al-Ifk 
(tersebarnya kabar dusta bahwa as- 
Sayyidah ‘Aisyah berbuat zina) dari 
'Aisyah, bahwa ia berkata: “Abu Bakar 
berkata kepadaku: 
ﻗُﻮْﻣِﻲْ ﻓَﻘَﺒِّﻠِﻲْ ﺭَﺃْﺳَﻪُ 
. 
“Berdirilah dan cium kepalanya 
(Rasulullah)”. (HR. Ath-Thabarani dalam al- 
Mu’jam al-Kabir, j. 23, h. 108-114). 

6. Dalam kitab sunan yang tiga (Sunan Abu 
Dawud, at-Tirmidzi dan an-Nasa-i) dari 
‘Aisyah, bahwa ia berkata: 
ﻣَﺎ ﺭَﺃَﻳْﺖُ ﺃَﺣَﺪًﺍ ﻛَﺎﻥَ ﺃَﺷْﺒَﻪَ ﺳُﻤْﺘًﺎ ﻭَﻫَﺪْﻳَﺎ ﻭَﺩَﻻًّ ﺑِﺮَﺳُﻮْﻝِ 
ﺍﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﻓَﺎﻃِﻤَﺔَ، ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺇِﺫَﺍ ﺩَﺧَﻠَﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻗَﺎﻡَ ﺇِﻟَﻴْﻬَﺎ 
ﻓَﺄَﺧَﺬَ ﺑِﻴَﺪِﻫَﺎ ﻓَﻘَﺒَّﻠَﻬَﺎ ﻭَﺃَﺟْﻠَﺴَﻬَﺎ ﻓِﻲْ ﻣَﺠْﻠِﺴِﻪِ، ﻭَﻛَﺎﻧَﺖْ ﺇِﺫَﺍ 
ﺩَﺧَﻞَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻗَﺎﻣَﺖْ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻓَﺄَﺧَﺬَﺕْ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻓَﻘَﺒَّﻠَﺘْﻪُ، ﻭَﺃَﺟْﻠَﺴَﺘْﻪُ 
ﻓِﻲْ ﻣَﺠْﻠِﺴِﻬَﺎ 
. 
“Aku tidak pernah melihat seorangpun 
lebih mirip dengan Rasulullah dari 
Fathimah dalam sifatnya, cara hidup dan 
gerak-geriknya. Ketika Fathimah datang 
kepada Rasulullah, maka Rasulullah berdiri 
menyambutnya lalu mengambil tangan 
Fathimah, kemudian Rasulullah mencium 
Fathimah dan membawanya duduk di 
tempat duduk beliau. Dan apabila 
Rasulullah datang kepada Fathimah, maka 
Fathimah berdiri menyambutnya lalu 
mengambil tangan Rasulullah, kemudian 
mencium Rasulullah, setelah itu ia 
mempersilahkan beliau duduk di 
tempatnya”. 
Demikian penjelasan al-Hafizh Ibn Hajar 
dalam kitab at-Talkhish al-Habir. 
Dalam hadits yang terakhir disebutkan, 
juga terdapat dalil tentang kebolehan 
berdiri untuk menyambut orang yang 
masuk datang ke suatu tempat, jika memang bertujuan untuk menghormati 
bukan untuk menyombongkan diri dan 
menampakkan keangkuhan. Wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar